Fluktuasi Harga TBS Kelapa Sawit Riau Jadi Perhatian Petani dan Pemerintah

Rabu, 05 November 2025 | 11:26:30 WIB
Fluktuasi Harga TBS Kelapa Sawit Riau Jadi Perhatian Petani dan Pemerintah

JAKARTA - Harga tandan buah segar (TBS) kelapa sawit untuk petani swadaya di Provinsi Riau kembali mengalami penurunan. 

Penurunan tertinggi terjadi pada kelompok umur 9 tahun yang kini berada di angka Rp3.509,09 per kilogram. 

Kepala Bidang Pengolahan dan Pemasaran Dinas Perkebunan Provinsi Riau, Defris Hatmaja, menjelaskan bahwa penurunan harga TBS minggu ini sebesar Rp117,82 per kilogram atau 3,25 persen dari pekan sebelumnya. Penetapan harga ini berlaku untuk satu minggu ke depan dan menjadi acuan bagi para petani swadaya.

Defris menambahkan, faktor utama di balik penurunan harga TBS adalah turunnya harga jual crude palm oil (CPO) dan kernel di pasar internasional. “Penurunan harga pekan ini dipengaruhi oleh turunnya harga CPO dan kernel. 

Faktor ini menjadi penyebab utama turunnya harga TBS petani swadaya,” katanya. Harga CPO minggu ini turun sebesar Rp483,20 per kilogram, sedangkan harga kernel juga mengalami penurunan sebesar Rp429,41 per kilogram dibandingkan minggu sebelumnya.

Dengan kondisi ini, petani swadaya harus menyesuaikan strategi produksi mereka agar tetap bisa memperoleh keuntungan meski harga TBS fluktuatif. Para petani diharapkan memantau harga pasar dan memperkuat manajemen kebun untuk meminimalkan kerugian.

Penurunan Harga TBS Petani Plasma Ikuti Tren Swadaya

Tidak hanya petani swadaya, petani plasma di Riau juga mengalami penurunan harga TBS. Penurunan tertinggi berada pada kelompok umur 9 tahun, yaitu sebesar Rp99,76 per kilogram atau 2,73 persen dari periode sebelumnya. Dengan demikian, harga TBS untuk petani plasma menjadi Rp3.553,84 per kilogram untuk periode satu pekan ke depan.

Defris menekankan, penurunan harga TBS untuk mitra plasma juga disebabkan oleh turunnya harga CPO dan kernel di pasar global. Harga CPO turun Rp375,74 per kilogram, sementara harga kernel turun Rp458,85 dibandingkan pekan lalu. 

“Sebagaimana kita ketahui bersama, harga TBS yang ditetapkan untuk mitra plasma mengalami penurunan. Faktor utamanya adalah turunnya harga CPO dan kernel,” ujarnya.

Kondisi ini menjadi tantangan bagi para petani plasma yang bergantung pada hasil TBS untuk memenuhi kebutuhan ekonomi keluarga. Mereka perlu beradaptasi dengan fluktuasi pasar agar tetap mampu menjaga keseimbangan keuangan dan produktivitas kebun sawit.

Upaya Pemerintah untuk Penetapan Harga TBS yang Adil

Dalam menetapkan harga TBS di Provinsi Riau, Dinas Perkebunan dan Tim Penetapan Harga Pembelian Tandan Buah Segar Kelapa Sawit melakukan perbaikan tata kelola secara berkesinambungan. Langkah ini bertujuan agar penetapan harga berlaku adil bagi kedua belah pihak, baik petani maupun pihak pengolah.

Tim penetapan harga mempertimbangkan berbagai faktor, termasuk biaya produksi, kualitas TBS, serta fluktuasi harga CPO dan kernel di pasar internasional. Dengan mekanisme ini, pemerintah berharap harga TBS yang ditetapkan tetap berkeadilan dan tidak merugikan petani maupun industri pengolahan kelapa sawit.

Selain itu, pemantauan harga dilakukan secara rutin agar setiap perubahan harga dapat diinformasikan kepada petani tepat waktu. Hal ini memungkinkan petani menyesuaikan produksi dan strategi pemasaran agar tetap menguntungkan meski menghadapi tekanan pasar.

Tantangan dan Strategi Petani Menghadapi Harga Fluktuatif

Penurunan harga TBS di Riau mencerminkan tantangan yang dihadapi petani sawit akibat dinamika pasar global. Harga CPO dan kernel yang turun memengaruhi pendapatan petani secara langsung. 

Oleh karena itu, petani disarankan untuk mengoptimalkan pengelolaan kebun, termasuk pemupukan, pemeliharaan tanaman, dan pengendalian hama, agar produksi tetap maksimal.

Selain itu, kerja sama antara petani, koperasi, dan pengolah kelapa sawit menjadi penting untuk mengurangi risiko kerugian. Pemerintah provinsi juga mendorong adanya pelatihan manajemen kebun dan akses informasi pasar yang lebih baik untuk mendukung petani.

Dengan strategi yang tepat, petani swadaya maupun plasma tetap memiliki peluang untuk mempertahankan pendapatan meski harga TBS mengalami fluktuasi. 

Dukungan dari pemerintah melalui regulasi yang adil dan transparan diharapkan mampu mendorong keberlanjutan industri kelapa sawit di Riau, sekaligus meningkatkan kesejahteraan petani.

Terkini