JAKARTA - Penempatan Saldo Anggaran Lebih (SAL) oleh pemerintah di bank Himbara kini telah terserap lebih dari 60 persen dari total Rp200 triliun.
Chief Economist BNI, Leo Putera Rinaldy, menilai realisasi penempatan dana ini mulai terlihat dampaknya terhadap pertumbuhan ekonomi melalui peningkatan penyaluran kredit dan jumlah uang beredar.
“Dengan Rp200 triliun, 60 persen sudah disalurkan berarti sekitar Rp112–114 triliun. Implikasinya money supply akan meningkat,” ujar Leo dalam diskusi ekonomi. Pertumbuhan uang beredar (M2) yang telah mencapai 7,6 persen pada Agustus lalu menjadi indikator awal dari efek positif kebijakan fiskal tersebut.
Leo menekankan, efektivitas penempatan SAL tidak hanya dilihat dari jumlahnya, tetapi juga kecepatan distribusinya. Selama ini, realisasi belanja negara cenderung menumpuk di semester kedua.
Untuk optimalisasi efek ekonomi, distribusi belanja sebaiknya merata sepanjang tahun agar money velocity meningkat, sehingga kredit dan konsumsi masyarakat bisa terdorong lebih kuat.
Dampak Ekonomi Bisa 1,58 Kali Lipat
BNI menghitung bahwa multiplier effect dari penempatan SAL yang disalurkan dalam bentuk kredit dapat mencapai 1,58 kali lipat. Analisis input-output dilakukan untuk mengukur backward dan forward linkage dari penyaluran kredit ke berbagai sektor.
“Dampak ekonomi ini nyata jika distribusi kredit berjalan lancar dan merata. Sektor-sektor yang tersentuh akan memicu aktivitas ekonomi lanjutan,” kata Leo. Dengan mekanisme ini, penempatan SAL tidak hanya menambah likuiditas perbankan tetapi juga memperkuat fondasi pertumbuhan ekonomi nasional.
Selain itu, Leo menyoroti pentingnya perbaikan transmisi kebijakan moneter Bank Indonesia (BI). Meski BI telah menurunkan suku bunga acuan sebesar 125 basis poin, penurunan suku bunga deposito baru sekitar 29 basis poin.
Hal ini menunjukkan transmisi kebijakan lebih cepat terjadi di pasar uang dan pasar modal dibandingkan sektor perbankan. “Bond yield turun 120 bps tahun ini, sementara lending rate hanya turun sedikit. Transmisi moneter lebih cepat ke pasar modal,” jelasnya.
Fakta ini tercermin dari pertumbuhan penerbitan obligasi korporasi yang lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan kredit, dengan gross bond issuance semester pertama meningkat sekitar 60 persen.
Penempatan SAL Didorong ke Bank Mandiri hingga BSI
Pemerintah menempatkan dana SAL sebesar Rp200 triliun di lima bank Himbara untuk memperkuat likuiditas perbankan. Alokasinya yakni Bank Mandiri, BRI, dan BNI masing-masing Rp55 triliun, BTN Rp25 triliun, dan BSI Rp10 triliun.
Menteri Keuangan, Purbaya Yudhi Sadewa, menekankan bahwa dana ini seharusnya mendorong pertumbuhan kredit perbankan hingga dua digit. Purbaya menilai pertumbuhan kredit yang moderat saat ini dipengaruhi kondisi ketidakstabilan ekonomi akibat aksi demonstrasi sebelumnya.
Dengan penempatan SAL yang optimal, pertumbuhan kredit diproyeksikan kembali meningkat, mendukung percepatan pemulihan ekonomi nasional.
“Harapan kami dengan uang Rp200 triliun, pertumbuhan kredit dan ekonomi akan lebih cepat. Kami akan terus memonitor, dan jika perlu, menambah dana untuk sistem,” ujar Purbaya.
Kredit Meningkat, Ekonomi Bergeliat Bersama Likuiditas
Pertumbuhan kredit perbankan yang tercatat naik dari 7,56 persen menjadi 7,7 persen menunjukkan tanda pemulihan. Penempatan SAL membantu memperkuat likuiditas perbankan sehingga bank memiliki kapasitas lebih besar untuk menyalurkan kredit ke sektor riil.
Kredit yang meningkat akan berdampak pada konsumsi rumah tangga, investasi usaha, dan aktivitas ekonomi di berbagai sektor. Dengan kata lain, stimulus fiskal melalui SAL dan kebijakan moneter BI yang sinergis dapat memacu gerak ekonomi lebih cepat.
Leo menekankan pentingnya akselerasi realisasi penempatan SAL agar efek ekonomi dapat maksimal. Pemerintah dan bank Himbara diharapkan menjaga momentum ini hingga akhir tahun, sehingga pertumbuhan kredit dapat mendekati dua digit dan multiplier effect dari penyaluran kredit benar-benar terasa di masyarakat.
Dengan strategi ini, kombinasi penempatan SAL, akselerasi kredit, dan transmisi moneter yang efektif akan menjadi pondasi untuk pertumbuhan ekonomi yang lebih stabil dan inklusif, memberikan manfaat langsung kepada masyarakat dan sektor usaha di seluruh Indonesia.