Gejala Hipertensi

Kenali Gejala Hipertensi dan Langkah Tepat Mengendalikannya Secara Aman

Kenali Gejala Hipertensi dan Langkah Tepat Mengendalikannya Secara Aman
Kenali Gejala Hipertensi dan Langkah Tepat Mengendalikannya Secara Aman

JAKARTA - Hipertensi atau tekanan darah tinggi masih menjadi salah satu tantangan besar dalam dunia kesehatan. 

Meski sering kali tidak menimbulkan gejala berarti, penyakit ini dapat menimbulkan komplikasi serius jika tidak dikontrol dengan baik. 

Dokter Spesialis Jantung dan Pembuluh Darah Rumah Sakit Jantung dan Pembuluh Darah Harapan Kita, dr. Mira Fauziah, Sp.JP(K), FIHA, menegaskan bahwa hipertensi bisa mengakibatkan berbagai gangguan berbahaya bagi tubuh bila dibiarkan berlarut-larut.

Menurut dr. Mira, hipertensi merupakan kondisi ketika tekanan darah seseorang berada di atas batas normal secara terus-menerus. “Hiper itu artinya berlebihan, tensi artinya tekanan. 

Jadi hipertensi adalah tekanan darah yang berlebihan,” jelasnya. Ia menambahkan, berdasarkan konsensus medis baik di Indonesia maupun dunia, seseorang sudah tergolong hipertensi bila tekanan darahnya mencapai 140/80 mmHg atau lebih.

Kondisi ini kerap kali tidak disadari banyak orang karena gejalanya yang tidak selalu tampak. Padahal, tekanan darah yang tinggi dan berlangsung lama dapat mengganggu fungsi organ penting dalam tubuh, mulai dari jantung hingga ginjal. 

Oleh sebab itu, mengenali dan mengontrol tekanan darah sejak dini sangat disarankan untuk mencegah risiko komplikasi lebih lanjut.

Dampak Hipertensi pada Organ Vital Tubuh

dr. Mira menjelaskan bahwa bila tidak segera ditangani, tekanan darah tinggi dapat menyebabkan kerusakan pada pembuluh darah dan organ vital tubuh. Efeknya bisa menyebar ke seluruh bagian tubuh karena pembuluh darah berfungsi mengalirkan oksigen serta nutrisi ke seluruh organ. 

“Intinya, pembuluh darah itu ada dari kepala sampai kaki. Kalau tekanannya tinggi secara persisten, bisa menyebabkan komplikasi di organ mana pun,” ujar dr. Mira.

Beberapa komplikasi yang umum terjadi akibat hipertensi mencakup gangguan pada otak, jantung, dan ginjal. Pada otak, tekanan darah tinggi meningkatkan risiko stroke.

Sementara pada jantung, dapat memicu serangan jantung, penyakit koroner, pembesaran otot jantung, hingga berujung pada gagal jantung. Adapun pada ginjal, hipertensi yang tidak terkendali bisa menyebabkan penurunan fungsi hingga berakhir pada gagal ginjal.

Kerusakan organ akibat hipertensi umumnya terjadi secara perlahan, sehingga banyak orang baru menyadarinya setelah komplikasi muncul. 

Karena itu, menjaga tekanan darah agar tetap stabil merupakan langkah penting untuk menghindari risiko-risiko tersebut. Pemeriksaan tekanan darah secara rutin menjadi langkah sederhana namun sangat berarti dalam pencegahan.

Gejala dan Faktor yang Mempengaruhi Tekanan Darah

Meski sering dijuluki sebagai “silent killer”, hipertensi sebenarnya bisa disertai sejumlah tanda ketika tekanan darah meningkat tajam. dr. Mira menyebutkan bahwa pada kondisi yang serius seperti hipertensi urgensi maupun hipertensi emergensi pasien dapat mengalami gejala seperti pusing, sakit kepala, nyeri dada, dan sesak napas. 

Bila gejala ini muncul secara mendadak, diperlukan penanganan medis segera untuk mencegah komplikasi fatal.

Selain faktor genetik, gaya hidup berperan besar dalam memicu tekanan darah tinggi. Konsumsi garam berlebihan menjadi salah satu penyebab utama meningkatnya tekanan darah secara berkelanjutan. 

“Yang lebih berbahaya adalah konsumsi garam berlebihan, karena dapat menyebabkan tekanan darah tinggi secara terus-menerus,” jelas dr. Mira. Ia menambahkan bahwa stres, baik fisik maupun psikis, juga dapat memicu lonjakan tekanan darah, namun biasanya bersifat sementara.

Faktor lain seperti kebiasaan merokok, kurang aktivitas fisik, dan pola makan tinggi lemak turut memperparah kondisi ini. Oleh karena itu, memahami pemicu tekanan darah tinggi dapat membantu seseorang melakukan pencegahan sedini mungkin. 

Deteksi dini dan perubahan gaya hidup menjadi kunci utama menjaga kesehatan jantung dan pembuluh darah.

Langkah Pencegahan dan Pengelolaan Hipertensi

Menurut dr. Mira, penanganan hipertensi tidak selalu harus dimulai dengan obat-obatan. Ia menekankan bahwa perbaikan gaya hidup merupakan langkah pertama dan paling penting untuk mengontrol tekanan darah. 

“Di pedoman manapun, nomor satu itu bukan obat. Nomor satu perbaiki dulu lifestyle. Kalau sudah dilakukan dan tensi tetap tinggi, baru dokter akan memberikan obat,” tegasnya.

Beberapa perubahan gaya hidup yang direkomendasikan antara lain melakukan olahraga secara teratur, mengurangi asupan garam, tidur cukup, tidak merokok, serta mengelola stres dengan baik. 

Dengan menerapkan pola hidup sehat, tekanan darah dapat dikendalikan tanpa harus langsung bergantung pada obat. Namun, jika tekanan darah tidak kunjung turun meski sudah mengubah kebiasaan, dokter akan meresepkan obat antihipertensi sesuai kondisi pasien.

dr. Mira juga menegaskan bahwa obat darah tinggi aman digunakan selama sesuai anjuran dokter. Ia menepis anggapan bahwa penggunaan obat hipertensi dapat merusak ginjal, karena justru sebaliknya, hipertensi yang tidak diobati-lah yang dapat mempercepat kerusakan ginjal. “Hipertensi itu penyakit yang bisa banget diatasi,” tutup dr. Mira dengan optimisme.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index