Transisi Energi Kian Cepat, PLTB Perkuat Pasokan Listrik Menuju Net Zero Emission

Kamis, 18 September 2025 | 09:40:24 WIB
Transisi Energi Kian Cepat, PLTB Perkuat Pasokan Listrik Menuju Net Zero Emission

JAKARTA - Indonesia memiliki potensi energi terbarukan yang melimpah, terutama dari tenaga surya dan angin. Potensi ini menjadi modal penting untuk mempercepat transisi energi dan mewujudkan masa depan yang lebih bersih.

Berdasarkan kajian teknis, kapasitas PLTS di Indonesia bisa mencapai ribuan gigawatt peak. Hal ini menunjukkan peluang besar dalam pemanfaatan energi surya secara optimal. Bahkan, secara geografis hampir semua wilayah Nusantara mendukung pengembangan PLTS.

Radiasi matahari yang konsisten sepanjang tahun menjadi keunggulan Indonesia. Potensi ini bisa dimanfaatkan baik melalui PLTS atap, terapung, maupun skala utilitas di lahan terbuka.

Pengembangan Pembangkit Listrik Tenaga Bayu

Selain energi surya, tenaga angin juga memiliki peran strategis. Daerah seperti Sulawesi Selatan, Nusa Tenggara, dan sebagian Kalimantan memiliki potensi angin yang tinggi. Pembangunan PLTB di beberapa daerah telah memperkuat pasokan listrik.

Beroperasinya pembangkit ini membantu memenuhi kebutuhan energi dan mendukung keandalan sistem kelistrikan. Meski kapasitas terpasang masih jauh dari potensi maksimal, tren ini menunjukkan arah positif. Dengan investasi berkelanjutan, kapasitas PLTB dapat terus bertambah.

Percepatan Realisasi PLTS Atap Nasional

Pemerintah menargetkan kapasitas PLTS atap mencapai 1.000 MWp pada akhir 2025. Target ini akan meningkatkan porsi energi bersih dalam bauran listrik nasional.

Hingga pertengahan tahun, kapasitas terpasang masih di bawah 1 persen dari potensi teknis. Hal ini menjadi dorongan untuk mempercepat adopsi PLTS atap oleh industri maupun rumah tangga.

Partisipasi masyarakat menjadi kunci penting dalam mencapai target ini. Semakin banyak pelanggan PLN yang menggunakan PLTS, semakin besar kontribusi terhadap transisi energi.

Tantangan Sistem Kelistrikan Nasional

Salah satu kendala utama adalah keterbatasan kapasitas grid. Sistem jaringan listrik masih perlu ditingkatkan agar mampu menampung pasokan energi surya dan angin. Produksi energi surya yang dominan di siang hari belum sejalan dengan puncak beban malam hari. 

Karena itu, diperlukan kombinasi dengan pembangkit lain atau penyimpanan energi. Inovasi seperti power wheeling dapat menjadi solusi. Dengan berbagi peran dengan sektor swasta, beban PLN dapat dikurangi sehingga penetrasi EBT bisa lebih cepat.

Komitmen Pemerintah dan Dukungan Internasional

Pemerintah terus mendorong investasi energi terbarukan. Dukungan mitra internasional juga semakin kuat, termasuk dalam pendanaan dan teknologi. Target penambahan 100 GW energi terbarukan hingga 2035 diyakini dapat tercapai. 

Kuncinya adalah keberlanjutan kebijakan dan keberanian melakukan transisi dari energi fosil. Selain itu, regulasi seperti RUU EBT perlu segera diselesaikan. Dengan aturan yang jelas, investor akan lebih percaya diri menanamkan modalnya di sektor energi bersih.

Masa Depan Energi Bersih Lebih Cepat Tercapai

Percepatan transisi energi akan mengurangi ketergantungan pada batu bara. Langkah ini penting untuk mencapai emisi nol bersih sesuai target nasional. Dengan teknologi yang semakin terjangkau, potensi energi surya dan angin dapat dioptimalkan. 

Hal ini akan menciptakan lapangan kerja baru dan mendorong ekonomi hijau. Keseriusan semua pihak akan menentukan keberhasilan. Jika konsisten, Indonesia berpeluang menjadi pemimpin energi bersih di kawasan.

Terkini