JAKARTA - Ekspor perdana kopi bubuk robusta dari Lampung resmi dilepas menuju Hongkong. Acara pelepasan dilakukan di halaman El’s Coffee Roastery, Bandar Lampung, dengan kehadiran Sekretaris Daerah Provinsi Lampung, Marindo Kurniawan.
Dalam sambutannya, Marindo menegaskan ekspor kali ini menjadi bukti nyata hilirisasi produk daerah. “Hari ini bukan sekadar melepas kopi biji mentah, tapi produk olahan yang punya nilai tambah,” katanya.
Kolaborasi Pemerintah dan Pelaku Usaha
Ekspor dilakukan oleh PT Sari Alami bersama El’s Coffee Group. Sebanyak 6.368 kilogram kopi bubuk dikirim dengan nilai hampir 46 ribu dolar AS atau sekitar Rp753 juta.
Produk yang dikirim dalam bentuk olahan menjadi sinyal perubahan pola ekspor Lampung. Selama ini ekspor daerah masih didominasi komoditas mentah sehingga nilai tambahnya dinikmati negara lain.
Lampung di Barisan Terdepan
Lampung dikenal sebagai penghasil kopi robusta terbesar di Indonesia. Kontribusinya mencapai lebih dari 30 persen dari total produksi nasional.
Menurut Marindo, posisi ini menempatkan Lampung sebagai salah satu daerah paling strategis untuk pengembangan industri kopi. “Ekspor kopi bubuk ini menandai lompatan dari sekadar gudang bahan baku menuju dapur produksi kopi dunia,” ujarnya.
Dorongan Menuju Hilirisasi
Pemerintah Provinsi menilai hilirisasi produk sebagai bagian penting dari strategi besar mencapai visi Indonesia Emas 2045. Presiden Prabowo Subianto menargetkan Indonesia menjadi ekonomi terbesar keempat dunia. Pendapatan per kapita ditargetkan di atas 23 ribu dolar AS pada 2045.
Marindo menegaskan Lampung harus bergerak cepat melalui investasi, hilirisasi, dan penguatan ekspor bernilai tambah. Hal ini diharapkan membuat Lampung menjadi pusat pengolahan komoditas unggulan.
Pertumbuhan Ekonomi Jadi Modal
Data Badan Pusat Statistik mencatat ekonomi Lampung tumbuh 5,09 persen pada triwulan II 2025. Pertumbuhan ini sedikit di atas rata-rata wilayah Sumatra.
Pemerintah daerah menilai capaian tersebut sebagai sinyal positif. Pertumbuhan ekonomi yang stabil menjadi landasan untuk mendorong lebih banyak produk hilir masuk pasar global.
Tantangan dan Harapan
Tantangan terbesar Lampung adalah masih tingginya porsi ekspor bahan mentah. Komoditas seperti kopi biji, sawit, karet, dan lada mendominasi perdagangan luar negeri daerah ini.
Nilai tambah komoditas sebagian besar dinikmati negara lain yang mengolah bahan mentah menjadi produk jadi. Kondisi ini memicu perlunya percepatan hilirisasi.
Momentum ekspor kopi bubuk diharapkan menjadi awal perubahan paradigma ekspor daerah. Pemerintah ingin menjadikan Lampung pusat produksi yang menghasilkan produk siap konsumsi.
Komitmen Berkelanjutan
Keberhasilan ekspor perdana ini menjadi motivasi untuk memperkuat rantai pasok kopi robusta. Pemerintah daerah bersama pelaku usaha akan terus meningkatkan kualitas produk.
Penguatan standar produksi dan promosi internasional menjadi langkah lanjutan. Dengan cara ini, kopi Lampung bisa bersaing di pasar global dan menciptakan kesejahteraan bagi petani.
Mendorong Daya Saing Global
Hilirisasi dianggap penting untuk meningkatkan daya saing Lampung di pasar dunia. Produk olahan memiliki nilai jual lebih tinggi dibanding bahan mentah.
Keberhasilan ini juga diharapkan mendorong sektor lain untuk mengikuti jejak serupa. Sawit, karet, dan lada bisa diolah lebih lanjut sehingga memberi dampak ekonomi lebih besar.
Visi Jangka Panjang
Pemerintah menyiapkan langkah strategis untuk memperluas ekspor produk olahan. Targetnya adalah menjadikan Lampung sebagai pusat industri pengolahan komoditas.
Dengan dukungan infrastruktur, investasi, dan inovasi, Lampung diyakini mampu menjadi motor penggerak ekonomi Sumatra. Ekspor kopi bubuk menjadi simbol perubahan dan harapan bagi masa depan ekonomi daerah.