JAKARTA - Harga minyak dunia kembali menanjak pada perdagangan Rabu pagi, mencerminkan tanda-tanda pemulihan setelah sempat anjlok ke posisi terendah dalam lima bulan terakhir.
Penguatan ini dipicu oleh meningkatnya optimisme pasar terhadap stabilitas pasokan global, di tengah kabar rencana Amerika Serikat untuk kembali mengisi cadangan minyak strategis (Strategic Petroleum Reserve / SPR).
Minyak mentah Brent tercatat naik 0,29% menjadi US$ 61,50 per barel, sementara West Texas Intermediate (WTI) juga menguat 0,37% ke level US$ 57,45 per barel pada sesi perdagangan dini hari.
Kenaikan ini menandai tren positif baru setelah pasar sebelumnya dibayangi oleh kekhawatiran terhadap surplus produksi dan lemahnya permintaan global.
Kondisi pasar yang sempat tertekan akibat meningkatnya produksi dan menurunnya permintaan kini mulai menunjukkan perubahan arah. Investor menilai penguatan ini sebagai sinyal awal kembalinya keseimbangan harga minyak di pasar internasional.
Kekhawatiran Pasokan dan Ketegangan Politik Dunia
Faktor utama yang mendorong kenaikan harga minyak datang dari meningkatnya kekhawatiran terhadap gangguan pasokan global.
Rencana pertemuan antara Presiden Amerika Serikat Donald Trump dan Presiden Rusia Vladimir Putin yang ditunda, serta tekanan dari negara-negara Barat terhadap pembelian minyak Rusia oleh negara-negara Asia, turut menambah sentimen positif pada harga minyak.
Meski sentimen pasar masih didominasi kekhawatiran surplus pasokan, sejumlah analis memperingatkan potensi gangguan pasokan dari kawasan Rusia, Venezuela, Kolombia, dan Timur Tengah. Hal ini dapat menahan penurunan harga minyak mentah di bawah level psikologis US$ 60 per barel.
“Meski sentimen pasar masih cenderung bearish akibat surplus pasokan dan lemahnya permintaan, risiko gangguan pasokan dari Rusia, Venezuela, Kolombia, dan Timur Tengah tetap membatasi penurunan harga di bawah US$ 60 per barel,” ujar Mukesh Sahdev, CEO XAnalysts, dalam keterangannya.
Kondisi geopolitik yang belum stabil menjadi salah satu faktor dominan yang terus memengaruhi pergerakan harga minyak. Situasi ini membuat pelaku pasar berhati-hati, sembari menanti perkembangan hubungan diplomatik antarnegara penghasil minyak utama.
Harapan Baru dari Negosiasi Dagang AS–China
Dari sisi perdagangan global, para investor juga tengah menantikan hasil pembicaraan dagang antara Amerika Serikat dan China yang dijadwalkan berlangsung pekan ini di Malaysia. Harapan muncul bahwa pertemuan tersebut dapat menciptakan kejelasan arah kebijakan ekonomi dua negara dengan pengaruh terbesar di dunia tersebut.
Presiden Donald Trump sebelumnya menyatakan optimistis bisa mencapai kesepakatan perdagangan yang adil dengan Presiden China Xi Jinping. Pertemuan keduanya yang direncanakan berlangsung di Korea Selatan pekan depan diharapkan menjadi titik balik menuju stabilitas ekonomi global.
Optimisme terhadap pemulihan hubungan dagang dua negara raksasa ini turut menjadi katalis positif bagi pasar minyak. Jika kesepakatan berhasil tercapai, prospek permintaan energi dunia diperkirakan akan kembali meningkat seiring dengan pulihnya aktivitas industri dan perdagangan internasional.
Cadangan Strategis AS dan Data Stok Minyak
Selain faktor geopolitik dan perdagangan global, dukungan terhadap harga minyak juga datang dari rencana pemerintah Amerika Serikat untuk membeli 1 juta barel minyak mentah guna mengisi kembali cadangan strategis nasional.
Langkah ini dianggap sebagai sinyal kuat bahwa pemerintah AS mulai menyiapkan strategi jangka panjang untuk menjaga kestabilan pasokan energi dalam negeri.
Kabar tersebut menambah optimisme di kalangan investor, terutama setelah American Petroleum Institute (API) melaporkan bahwa stok minyak mentah, bensin, dan distilat AS mengalami penurunan dalam sepekan terakhir.
Penurunan stok ini memperkuat keyakinan pasar bahwa permintaan minyak di Amerika Serikat mulai pulih setelah periode tekanan panjang.
Pergerakan harga minyak yang kembali positif ini mencerminkan keseimbangan baru antara faktor fundamental dan geopolitik yang memengaruhi pasar energi dunia.
Dengan kombinasi rencana pengisian cadangan strategis, negosiasi dagang yang menjanjikan, serta potensi gangguan pasokan global, harga minyak diperkirakan akan tetap berada dalam tren penguatan moderat dalam waktu dekat.